Sebuah mobil mewah
masuk ke pekarangan sekolah. Seorang
putri keluar dari mobil itu. Ya itu pacarku, Seroja. Aku mendatanginya dan segera
menggendong dia ke arah kelasnya. Semua orang yang melihat hal itu hanya
bersorak bersorak melihatku. Aku hanya membalas senyum dan terus membopongnya
ke kelas.
Sampai di kelasnya, aku
mendudukinya di kursi dan berkata : “ Sampai sini saja ya Seroja. Mudah mudahan
kau senang dengan pemberianku pagi ini” Tak menunggu ia menjawab, aku pergi dan
meninggalkan kelasnya.
Ceritanya sangat cepat
sekali. Aku mencintai Seroja dan Meli. Seroja adalah sahabat Meli. Mereka
adalah pacar pacar pacarku. Tapi aku telah mantap untuk memutuskan Seroja.
Karna aku mencintai pacarku yang ke dua, Meli.
Baru aku ingin menyampaikan
kemauanku untuk berpisah, tiba tiba sebuah kecelakaan menimpa Seroja. Kakinya
lumpuh dan wajahnya yang cantik menjadi sangat hancur. Banyak koreng di
mukanya. Aku sangat sedih melihat keadaannya. Namun bagaimana lagi, Meli terus
mendesakku memutuskan Seroja. Ketika Seroja baru masuk sekolah, aku berbicara
tentang hal itu. Ia terperangah tak percaya dan akhirnya menangis.
Dengan tersedu sedu ia
berkata
“ Senja, ku izinkan kau
berpacaran dengan Meli. Tapi ada syaratnya”
“ Syarat ? Emang apa
syaratnya ?” Kataku cuek
‘’ Setiap pagi, ketika
mobilku masuk perkarangan sekolah. Kau harus mendatagi mobilku dan bopong aku
ke kelas ku. Kau tau lah aku tidak bisa berjalan. Hanya pagi saja. Pulangnya
nan supirku akan membawakan kursi roda untukku. Kau harus melakukan ini terus
selama 2 minggu berturut turut”
Aku terperanjat. Namun aku iya kan. Toh, itu hanya syarat yang
gampang. Tidak sesulit yang aku kira.
Setiap pagi, aku selalu
membopongnya layaknya seorang laki laki yang sangat mencintai pacarnya yang
tengah sakit. Aku merasa aneh, aku juga tak mersa terhina melakukan hal ini.
Aku malah senang. Karna aku akan segera memiliki Meli tanpa ada yang mengganggu.
Entah mengapa 3 hari
terakhir, aku merasakan ada yang aneh.
Aku merasakan, aku sangat tidak ingin meninggalkannya. Benih benih cinta
itu muncul lagi. Aku pun membopongnya dengan sangat erat. Ia bertanya
‘’ Kamu tak seperti
biasanya Ja”
“ Memang iya ? Hehehe
.. “
Ia tersenyum. Aku
merasakan itu adalah senyum terakhirnya. Ahh .. Jangan sampai lah.
Senja itu, aku dengan membawa bunga datang ke rumahnya. Aku telah memberitahu Meli bahwa aku ingin kembali pada Seroja. Ia marah dan tak menghubungiku lagi. Tapi aku tak masalah. Yang aku pikirkan sekarang adalah membuat Seroja bahagia.
Senja itu, aku dengan membawa bunga datang ke rumahnya. Aku telah memberitahu Meli bahwa aku ingin kembali pada Seroja. Ia marah dan tak menghubungiku lagi. Tapi aku tak masalah. Yang aku pikirkan sekarang adalah membuat Seroja bahagia.
Sesampainya di rumah
Seroja. Aku melihat banyak orang memakai baju hitam hitam di rumahnya. Siapa
yang meninggal ? Aku masuk dan melihat sebuah jenazah di ruang tamu.
Wajah itu. Senyum itu.
Aku tak menyangka bahwa jenazah yag terbaring di depanku adalah Seroja.
Kekasihku. Aku menangis tak kuasa di depan pintu. Kenapa ? Kenapa kamu yang
tertidur Seroja ?
Aku meminta kepada
bapak bapak yang membawa kerandanya agar aku ikut membawa keranda Seroja.
Mereka mengizinkanku. Aku pun membawa keranda berisi Seroja dengan dera tangis.
Sesampainya di liang
lahat. Aku memperhatikan jenazah Seroja telah dimasukan ke liang lahat. Setelah
berdoa dan orang orang telah pergi. Aku mengelus batu nisannya dan berkata: ““
Sampai sini saja ya Seroja. Mudah mudahan kau senang dengan pemberianku pada
senja ini”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar